Slide

1 / 11
Silat Seruling Dewata
2 / 11
Silat Putri di Puncak Watukaru tahun (2016)
3 / 11
Pendekar Seruling Dewata Bali
4 / 11
Silat Putra di Puncak Watukaru tahun (2016)
5 / 11
Silat Putra di Puncak Watukaru
6 / 11
Ketua Aliran Silat Bali Kuno
7 / 11
Bersama Sesepuh Generasi IX
8 / 11
Siswa SD berlatih Silat Bali Kuno
9 / 11
Anak-anak berlatih Silat Bali Kuno
10 / 11
Latihan Gabungan
11 / 11
Latihan Gabungan Sabuk Hitam (Slimed Ireng)

Filsafat Watukaru

Kisah Mahayogi Sangkara

Pada jaman dahulu kala pada abad ke VII caka ada seorang Mahayogi dari PERTAPAAN CANDRA PARWATA di Gunung Watukaru di Bali Dwipa yang bernama MAHAYOGI SANGKARA MURTI, sepanjang hidupnya selalu mengembara menyadarkan umat manusia. Beliau sempat menjadi Guru seorang Raja yang bernama Indrawarman di Sumatra, namun akhirnya sang Mahayogi dihukum mati karena dalam menguraikan Dharma menyinggung perasaan Raja, sebelum dihukum mati Beliau menulis Filsafat dengan judul Watukaru.

Percakapan Raja Indrawarman dengan Mahayogi Sangkara Murti :

INDRAWARMAN Guru : aku rajin berdoa setiap hari aku melantunkan “NAWA SANGA ASTAWA“, apa lagi yang harus aku lakukan agar bisa mencapai Moksha.
MAHAYOGI SANGKARA MURTI : Wahai anakku, Indrawarman kalau Moksha yang ananda inginkan semuanya itu belum cukup anakku INDRAWARMAN ” Guru, aku juga setiap hari secara teratur melakukan Yoga Samadhi Tidak pernal lupa aku melakukan “ YOGA NAWA SANGA “, dan bermeditasi dengan berbagai sikap mudra yang dinamakan MUDRA NAWA SANGA Apa lagi yang harus aku lakukan agar aku dapat mencapai moksha.

MAHA YOGI SANGKARA MURTI : “Semua yang ananda lakukan semuanya itu baik sekali namun semuanya itu tidak cukup, belum cukup bila engkau ingin mencapai moksha,
INDRAWARMAN : Belum cukupkah Guru ? Walaupun aku telah melakukan Tirtayatra ke berbagai tempat tempat suci bukan sekali, dua kali tapi berkali – kali untuk menyerap “Prana Suci Kahyangan“ sehingga kesucianku semakin meningkat. Katakan Guru, apa lagi yang harus aku lakukan agar lebih pasti dalam mencapai moksha.

MAHAYOGI SANGKARA MURTI : “Apa yang ananda lakukan sudah bagus, sudah tepat namun jika moksha yang ingin engkau capai semuanya itu tidak cukup, belum cukup INDRAWARMAN : “Guru, aku juga rajin berdana punia, dalam Tirta yatra setiap tempat suci yang aku datangi aku memberikan dana punia untuk pembangunan tempat suci juga untuk kesejahtraan pendeta yang ada disana.Demikian juga aku rajin berdana punia pada orang suci, orang miskin ataupun orang sakit apakah itu juga belum cukuup ataukan sia-sia segala apa yang aku lakukan selama ini ?

MAHAYOGI SANGKARA MURTI : “Sesungguhnya tidak ada yang sia-sia ananku, semua yang telah ananda lakukan sangat benar, sangat baik, namun jika moksha yang engkau inginkan, tetap saja semua itu tidak cukup, belum cukup anakku. INDRAWARMAN, ” Lalu apalagi yang harus aku lakukan, Guru sps yang dapat memastikan agar aku dapat mencapai Moksha. MAHAYOGI SANGKARA MURTI, “Kalau moksha yang engkau ingin capai, masih ada satu hal yang engkau harus lakukan dengan itu engkau pasti mencapai moksha, yang satu ini boleh dikatakan sebagai syarat mutlak.
INDRAWARMAN : ” Apa itu Guru ? cepat katakan kepadaku agar segera dapat aku laksanakan sehingga aku segera dan secepatnya dapat mencapai Moksha.

MAHAYOGI SANGKARA MURTI : “Syarat mutlak agar engkau bisa mencapai Moksha adalah kematianmu anakku, matilah engkau sekarang, matilah engkau terkebih dahulu, maka pintu Nirwana akan terbuka bagimu dan engkau akan mencapai moksha. Itulah satu-satunya syarat mutlak, satu-satunya kepastian bila Moksha yang engkau ingionkan, Selama engkau masih hidup Pintu Nirwana akan tetap tertutup rapat bagimu.
INDRAWARMAN : “Mati, Mati segera berani sekali Guru menyuruh aku mati, sementara seluruh rakyatku selalu mendoakanku agar panjang umur. Mendengar penjelasan Mahayogi Sangkara Murti yang terakhir ditambah hasutan guru-guru suci kerajaan yang ber kerohanian Budha Dharma Raja Indra warman sangat murka, dan memerintahkan Mahayogi Sangkara Murti ditangkap dan dipenjarakan dan secepatnya dihukum mati. Di dalam penjara kerajaan Mahayogi Sangkara Murti dengan tenang damai selalu duduk bersamadhi, tidak seperti pesakitan yang mendapatkan hukuman mati lainnya, ada yang bersedih, menangis meraung raung, ada yang menyerah pasrah, sebentar lagi akan mendapatkan hukuman mati yang tidak terelakkan. Ketika telah tiba waktunya sehari sebelum pelaksanaan hukuman mati, datanglah petugas penjara menanyakan apa keinginan /permintaan terakhir para terhukuim karena besok hukuman mati akan dilaksanakan.Ada yang minta makan yang enak, ada yang ingin ketemu terakhir dengan sanak keluarga. Ketika petugas penjara bertanya kepada Mahayogi Sangkara Murti, beliau hanya minta daun lontar dan alat tulis untuk memberikan pesan dan pelajaran terakhir pada muridnya. Ketika pelaksanaan hukuman mati telah tiba,banyak para guru suci kerajaan, penjabat dan keluarga kerajaan berkenan menyaksikan, karena hukuman mati ini termasuk istimewa tidak saja untuk rakyat, para penjahat dan pembrontak, tapi dijatuhkan pada seorang guru suci kerajaan. Ada 5 ( lima) orang petugas yang ditugasi untuk menjemput Mahayogi Sangkara Murti di Penjara Kerajaan, agar dibawa ketempat hukuman mati dilaksanakan Namun, kelima petugas penjemput terkejut semuanya, karena ruang tahanan telah kosong, tisdak ada orangnya, padahal ruang tahanan masih tetap terkunci dan terjaga ketat. Sang Mahayogi Sangkara Murti telah menghilang secara gaib, dan dibekas tempat duduknya tertinggal setumpuk lontar yang berisi tulisan pelajaran kerohanian tingkat tinggi cdengan judul “WATUKARU“.

Ketika raja Indrawarman, membaca tulisan itu dengan keras dihadapan para Guru suci Kerajaan, Penjabat dan keluarga kerajaan, semuanya tertegun dan menyadari bahwa tulisan tersebut menunjukkan tingkat kerohanian Sang Mahayogi Sangkara Murti telah sempurna dan paripurna, Para Guru suci kerajan yang ada merasa bersedih dan menyadari tingkat kerohaniannya yang dicapainya masih sangat jauh dibawah tingkatan Sang Mahayogi. Ketika hukuman mati untuk sang mahayogi batal dilaksanakan semua perhatian terpukau pada naskah tulisan Sang Mahayogi Sangkara Murti yang berjudul “WATUKARU“ yang berhasil menyadarkan banyak umat.Pada saat yang bersamaan Mahayogi Sangkara Murti kelihatan sedang berjalan santai di TANAH MALAKA sambil melantunkan doa doa pujian “NAWA SANGA ASTAWA“.

Sungguh banyak sekali orang yang ingin mendapat berkah dan anugrah mendengarkan dan mengetahu isi tulisan Mahayogi Sangkara Murti yang berani mengungkapkan kebenaran dan Dharma dengan gamblang dan tanpa tedeng aling aling meskipun hukuman mati taruhannya tulisan Sang Mahayogi yang mampu membuat raja Indrawarman meneteskan air mata, menangis sedih penuh penyesalan, bahkan para guru suci kerajaan seperti ditelanjangi dan membuka kesadaran baru bahwa tingkat kerohaniannya masih jauh di bawah sang Mahayogi. Watukaru adalah nama sebuah gunung di Bali Dwipa Disana berkumpul para pertapa yang dinamakan Yogi dan Yogini yang setiap hari melantunkan lagu-lagu pujian suasananya indah,hening, suci, tentram dan damai bagaikan berada di alam Kahyangan. Batukaru bukanlah sembarang nama dan kata yang tidak bermakna Para pertapa dijaman dulu menamakan gunung itu “WATUKARU“ ungkapan rahasia dari “Wruh Ring Angga Tattwa Utama Karsa Akasa Rasa Utama“ yang artinya “Mengenal Diri Sendiri adalah Filsafat yang tertinggi,Menyadari Kehendak langit adalah perasaan tertinggi“ yang berisikan 49 langkah atau tahapan untuk mencapai puncak kesadaran Rohani yang sempurna.

TAHAP PERTAMA BACALAH WEDA SETIAP HARI
Weda adalah pengetahuan untuk mengenal diri sendiri.Hanya orang yang telah mengenal dirinya sendiri, baru dapat mengenal brahman.Weda adalah pengetahuan yang tetap sama untuk segala jaman bukan untuk satu atau dua jaman.Weda bukan pengetahuan kuno melainkan pengetahuan maju yang mampu memajukan umat manusia. Weda bukanlah pengetahuan yang kaku. Weda bukanlah pengetahuan yang tidak baku.Weda bukanlah pengetahuan yang mengerdilkan jiwa manusia.Weda tidak menjerat manusia.Weda tidak memperbudak manusia.Weda adalah pengetahuan yang mampu membebaskan jiwa manusia.Mempelajari Weda adalah mempelajari tentang diri sendiri. Weda mempelajari tentang diri sendiri.Weda mempelajari potensi diri, kemampuan diri kondisi diri.Weda mempelajari segala kekurangan dan kelemahan diri Weda disamping pengetahuan untuk mengenal dunia luar saja, tetapi lebih merupakan pengetahuan ke dalam diri. Weda bukanlah kumpulan buku yang disucikan oleh kalangan tertentu. Melainkan Weda itu adalah kesucian itu sendiri.Barang siapa mengisi kehiodupannya setiap hari dengan membaca Weda, meskipun hanya 1(satu) Muhurta(satu jam Weda) saja (48 menit) ia akan mendapatkan berkah ketika meninggal, semua Dewa menawarkan Kahyangannya untuk ditempati atmannya.Dimanapun Weda dibacakan, Ditempat itu akan menjadi sangat suci. Para Dewa akan berdatangan ke sana memberikan berkah- berkah kesucian, sehingga ia menjadi sangat suci.Sesungguhnyalah debu dan pakaian orang yang setiap hari membaca Weda jauh lebih suci daripada mereka yang melaksanakan berbagai yajna jangankan Cuma panca yadnya bahkan yajna besar seperti Aswameda Yajna, Raja surya yajna.

TAHAP KEDUA BERTINDAKLAH SESUAI ANJURAN WEDA
Berkaitan dengan Weda ada beberapa tahapan kesempurnaan antara lain mulai dari mendengarkan pembacaan Weda Membaca Weda-mengerti Weda–memahami Weda–mempraktekkan Weda.
Mempraktekkan Weda dadalah tingkatan yang tertinggi dari tahapan pembacaan Weda yang sering disebut dengan kata lain “ Bertindaklan sesuai dengan ” anjuran Weda “ Dalam kehidupan sehari-hari jagalah kesucian diri caranya bertindaklah sesuai dengan anjuran Weda, diseimbangkan dengan potensi diri dan kemampuan diri maka terjagalah dengan baik kesucian diri dalam setiap tindakan.Orang yang bertindak sesuai anjuran Weda terjamin kesuciannya dan dijauhkan dari segala macam dosa.

TAHAP KETIGA, SETIAP TINDAKAN ADALAH PERSEMBAHAN KEPADA BRAHMAN
Apapaun yang engkau lakukan setiap hari, dari pagi sampai malam,dari matahari terbit sampai matahari tenggelam, dari mulai membuka mata (bangun pagi) sampai terpejamnya mata di malam hari (tidur malam), segala tindakan besar atau kecil adalah persembahan kepada Brahman, sehingga kita iklas dan bangga melakukan suatu tindakan dan tidak terikat pada pamrih atas perbuatan yang kita lakukan.

TAHAP KEEMPAT, BEBASKAN PIKIRAN DARI SEGALA MACAM KEINGINAN
Keinginan dapat merusak apa yang kita lakukan, keinginan akan harta, keinginan akan kedudukan, keinginan akan kebesaran nama keinginan adalah pamrih dari setiap perbuatan sehingga dapat mengotori perbuatan itu sendiri. Berbuatlah dan berkaryalah dengan semangat, sesuai dengan kemampuan diri dan kelebihan diri yang kita miliki, tetapi jangan disertai berbagai macam keinginan, baik itu keinginan akan harta, keinginan akan kedudukan dan kekuasaan, keinginan akan kebesaran nama dan sebagainya.

TAHAP KELIMA, BERSIHKAN DIRI DARI SEGALA MACAM DOSA
Berdosa berarti bersalah. Tindakan berdosa berarti tindakan salah yaitu tindakan yang menyalahi Weda.Dosa adalah kesalahan, walaupun kesalahan bukan berarti tidak dapat diperbaiki.Dunia ini adalah tempat memperbaiki kesalahan, tempat membersihkan jiwa, membersihkan diri dari segala macam dosa.Sangat keliru jika kita menyianyiakan kesempatan hidup sebagai manusia namun hidup hanya memupuk kesalahan dan dosa,

TAHAP KEENAM SEGALA KENIKMATAN DUNIAWI YANG BERSIFAT INDRANI DISELIMUTI DUKA,
Kenikmatan duniawi adalah sumber dosa, sumber penderitaan.Kenikmatan duniawi memerlukan obyek dari luar diri yang selalu ber8ubah dan tidak kekal. Sehingga kenikmatan duniawi yang diperoleh melalui panca indra tidak bertahan lama, selanjutnya disusul kebosanan, sesaat suka, sesaat lagi tidak.Janganlah terlalu mengejar kenikmatan duniawi karena akan berakhir duka dan kebosanan,

TAHAP KETUJUH, TEMUKAN JATI DIRIMU DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH
Temukanlah jati dirimu. dengan menemukan jati diri, kita menemukan sumber kebahagiaan yang tidak lagi memerlukan obyek dari luar diri.Kebahagiaan yang tidak membutuhkan pemicu dari luar diri, itulah kebahagiaan yang kekal abadi. Kebahagiaan tidak perlu dicari,kebahagiaan perlu disadari.Dengan menemukan jati diri kita akan menyadari kebahagiaan.

TAHAP KEDELAPAN, JANGANLAH DIPERBUDAK KEMELEKATAN dst,

TAHAP KE SEMBILAN BELAS DUDUK BERSAMA RENUNGKAN DAN TEMUKAN KEBENARAN SEJATI
Cari dan datanglah Kepada mereka yang telah Melihat dan menemukan kebenaran sejati, Duduklah bersama mereka,dengarkan tutur dan pengalaman mereka Hayati,renungkan, pahami makna dari apa Yang telah kita dengarkan Berkali-kali Renungkanlah masak-masak. Setelah mendengarkan kebenaran dari yang Telah menemukan kebenaran,lalu engkau berulang-ulang Merenungkannya masak-masak, maka akan Nampak Kebenaran sejati itu dengan Sangat jelas. Bahwa kita telah menemukan Kebenaran yang satu tiada duanya Tiada satupun kebenaran lain diluar itu.Kebenaran itu pula Yang meliputi seluruh alam semesta. Kalau ada kebenaran lain diluar itu maka itu bukanlah kebenaran sejati Sadarilah Bahwa diri kita telah berada Di dalam kebenaran sejati itu dan kita Telah menyatu dengan kebenaran sejati itu, janganlah berada diluar kebenaran itu, dimanapun ada kebenaran sejati kitapun ada disana juga.

TAHAP KE DUA PULUH, BERLINDUNGLAH KEPADA KEBENARAN SEJATI.
Di dunia ini Umat manusia masih bergelut pada Kebenaran saya, kebenaran dia,kebenaran meraka Kebenaran saat ini, kebenaran masa lalu, kebenaran masa mendatang. Habislah waktunya untuk memperdebatkan kebenaran Yang sesungguhnya bukan kebenaran sejati. Bila kita masih menganggap kebenaran kita lain dari kebenaran dia, lain dari kebenaran mereka kebenaran kita berbeda dengan kebenaran masa lalu, dan keberbeda dengan kebenaran masa mendatang.Maka kebenaran yang terlihat oleh kita hanyalah salah satu kebenaran yang Maha Agung itu. Bila kita merasakan Ada perbedaan kebenaran Dengan kebenaran orang lain, maka kebenaran Yang terlihat oleh kita hanyalah salah satu aspek dari Kebenaran yang maha benar. Bila kita bersujud Pada Brahman yang Maha Tunggal Dan kita masih menganggap bahwa Beliau yang Kita sembah, lain dari Beliau yang orang lain,kelompok lain sembah Maka kita belum menemukan Brahman sebagai kebenaran sejati.Kita masih terjebak bada baying-bayang kebenaran, kita masih diliputi oleh maya dan ilusi. Bila kita masih Menganggap yang kita puja Berbeda dengan apa yang dipuja oleh orang lain Kabut ketidak tahuan, masih menghalangi pengelihatan kita. Berlindunglah pada Brahman sebagai Kebenaran sejati Maka kita akan menyadari kebenaran sejati itu.

TAHAP KE DUA PULUH SATU, HINDARILAH PERDEBATAN YANG TIDAK PERLU.
Banyak orang Berbicara tentang kebenaran, Banyak orang berdiskusi, berdebat tentang kebenaran. Kebenaran yang masih diperdebatkan bukanlah Kebenaran yang sejati. Hindarilah Dan jangan berdebat Dengan mereka yang belum mendapat Pencerahan, jangan berdebat dengan mereka yang belum menemukan kebenaran sejati.Jika kita telah menemukan kebenaran sejati, maka setiap orang akan mendengarkan dan mengakui tanpa perdebatan. Jika ulasan kita Yang telah mendapat pencerahan, Yang telah melihat dan meresakan kebenaran sejati, Masih didebat oleh orang yang belum menemukan kebenaran sejati Segera hentikanlah ulasan kita, tidak tepat kita berdebat Dengan mereka yang belum memahami Apa yang diperdebatkan dan hanya menambah Perdebatan saja. Janganlah kita Menyia-nyiakan waktu, Janganlah kita banyak membuang tenaga Untuk melakukan perdebatan yang tidak perlu Lebih baik pergunakan waktu dan tenaga untuk menjelaskan dharma Ditempat lain yang kepada mereka Yang dapat menerima dan merasakan kebenaran sejati.

TAHAP KE DUA PULUH DUA, PELAJARILAH SHRUTI.
Shruti berarti Wahyu bagi para Maharsi. Wahyu bukanlah monopoli para Maharsi,Bhagawan. Wahyu dapat diterima oleh siapa saja, yang bathinnya telah Tercerahkan.Seorang praktisi Samadhi tidak perlu Gelar agung seperi Maharsi,Sriempu,Bhagawan untuk bisa menerima Wahyu. Shruti artinya “ Yang Terdengar “ sehingga Tak terpisahkan dari Sang Pendengar,yang mendengarkan Tak terpisah dari kemampuan Bathin,kesucian bathin Orang yang mendengar. Shruti atau “ Wahyu “ Itu maha sempurna, sedangkan Pendengaran manusia tidak sempurna,bahasa manusia Tidak sempurna, tulisan manusia tidak ada yang sempurna, Menyebabkan Shruti (Wahyu) ketika didengarkan, dibicarakan,apalagi ditulis,apalagi ditafsirkan oleh manusia yang tidak sempurna maka shruti menajadi kurang sempurna.

TAHAP KE DUA PULUH TIGA BERADA DALAM KESADARAN BRAHMAN.
“Aham Brahman Asmi “ Artinya “ Aku adalah Brahman “ Kesadaran ini, terkadang, membuat orang lain Atau sekelompok orang menjadi sinis dan salah pengetian,ada yang mengatakan Mengaku-aku Brahman, menyamakan manusia dengan Brahman(Hyang Widhi) Ada yang mengatakan, kesombongan yang kelewat Batas,ada yang mengatakan Mendewakan manusia. Sadarilah kita tidak berada di luar Brahman. Kesadaran Brahman,menyadari bahwa Brahman Ada di dalam diri dan di luar diri kita.Bagi yang telah mencapai kesadaran Brahman, akan mengerti dan menyadaroi sepenuhnya ungkapan Ungkapan suci berikut ini. Ungkapan suci bagi mereka yang telah “ mencapai kesadaran Brahman antara lain : “ Aku adalah Brahman “, “ Aku Adalah Dia Yang Engkau Puja Selama ini, “ Air tidak membasahi Diriku,Hanya badanKU yang basah oleh air”, Api tidak mampu membakar Diriku,hanya ragaku yang terbakar oleh api “,”Aku berasal Dari Brahman dan kembali kepada Brahman “, “ Dari Brahman aku berasal kepada Brahman aku kembali dan seterusnya sampai Tahap ke EMPAT PULUH SEMBILAN (seterusnya)